Ketika bunga periwinkle mekar di musim semi, bunga tersebut muncul lebih awal dibandingkan bunga lainnya, dengan kelopak ungu-biru pucat yang menawan. Warna yang mengingatkan kita pada kesejukan ini dikenal dengan nama “warna tapak dara” atau secara ilmiah disebut vinca minor. Warna ungu-biru yang lembut ini membawa makna elegan dan sering dipilih untuk menciptakan kesan yang menenangkan.
Warna periwinkle melambangkan ketenangan, sentimentalitas, serta cinta yang abadi, namun pada awalnya warna ini juga memiliki konotasi yang lebih gelap, termasuk kematian.
Bunga periwinkle dulunya dikenal sebagai “Bunga Kematian” karena sejumlah alasan. Pertama, bunga ini digunakan untuk menghiasi makam anak-anak yang telah meninggal. Selain itu, menurut legenda, orang yang dihukum gantung mengenakan ikat kepala berwarna periwinkle. Hal lain yang membuat bunga ini disebut “Bunga Kematian” adalah sifat racunnya. Meski demikian, warna periwinkle kini lebih sering diasosiasikan dengan makna positif.
Pada awal abad ke-20, warna ini mulai dikenal dalam bahasa Inggris, meski telah lama digunakan sebelumnya. Warna ini menjadi favorit di kalangan seniman, terutama oleh kaum Impresionis. Nama “periwinkle” digunakan oleh kaum modern untuk menggambarkan warna yang sudah dikenal sejak lama, terinspirasi dari keindahan alam dan bunga serta siput periwinkle yang memiliki nama yang sama.
Pada abad ke-20, popularitas warna ini meningkat, dan kini dikenal sebagai simbol bagi kesadaran kanker esofagus dan lambung, serta gangguan makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia. Meskipun asal-usul periwinkle yang beracun, warna ini kini dihubungkan dengan harapan dan penyembuhan. Warna periwinkle bahkan dinobatkan sebagai Warna Tahun Ini oleh Pantone pada tahun 2022 dan terus berkembang sebagai tren dalam desain interior.
Di Italia, periwinkle dikenal dengan julukan “Bunga Kematian” (fiore di morte), namun karena sifatnya yang selalu hijau, bunga ini juga melambangkan keabadian. Saat ini, periwinkle sering ditemukan di pemakaman di Amerika Serikat, serta memiliki banyak julukan lain seperti Sorcerer’s Violet dan Fairy’s Paintbrush.
Dalam agama Kristen, periwinkle sering dikaitkan dengan kesucian. Bunga ini sering muncul dalam karya seni Kristen yang menggambarkan Perawan Maria, dan dalam tradisi Katolik, periwinkle menjadi simbol cinta tanpa syarat dan kemurnian. Warna ini juga sering digunakan dalam kaca patri gereja sebagai simbol tersebut.
Warna periwinkle tidak hanya ditemukan dalam seni keagamaan, namun juga dalam karya seni dan sastra sepanjang sejarah. Pada abad pertengahan, frasa “Yang satu dimahkotai dengan daun salam hye di kepalanya, yang lain dengan pervink (periwinkle)” menunjukkan konotasi kelam. Namun, pada abad ke-19, gerakan Simbolis dan Impresionis mulai menggunakan periwinkle dalam karya mereka, membawa nuansa yang lebih tenang dan positif.
ceritawarna.com - Derrick Adams, seorang seniman kontemporer asal Amerika Serikat, terus menginspirasi dunia seni dengan…
ceritawarna.com - Di tengah hiruk-pikuk berita dan konflik global, dukungan terhadap Palestina tidak hanya datang…
CERITAWARNA.COM - Selama ini, banyak orang mengira bahwa peradaban awal yang memiliki karya seni tertua…
CeritaWarna.com – Siapa bilang limbah itu cuma sampah yang nggak berguna? Di tangan orang-orang kreatif,…
CERITAWARNA.COM - Pernah nggak sih kamu ngerasa pengin ngajak anak main sambil belajar hal baru,…
ceritawarna.com - Indonesia, dengan keragaman etnis dan budayanya yang luar biasa, menyajikan kekayaan seni yang…