ceritawarna.com – Seorang seniman Bali bernama Ni Ketut Suryani menghadirkan pendekatan segar dalam dunia seni lukis tradisional. Ia menghidupkan kembali lukisan gulung atau kamasan seni klasik Bali yang telah ada sejak abad ke-17 melalui perspektif feminis. Suryani tidak hanya melestarikan seni kuno, tetapi juga menyuarakan kisah perempuan Bali yang selama ini terpinggirkan dari narasi visual tradisional. Dengan cara ini, ia meredefinisi makna lukisan gulung sebagai alat ekspresi sosial.
Dalam karya-karyanya, Suryani menempatkan perempuan sebagai tokoh utama yang memegang kendali atas cerita. Ia menggambarkan figur perempuan yang memimpin upacara, berdiskusi dengan para tetua, atau melawan ketidakadilan. Ia menghindari gambaran perempuan yang hanya hadir sebagai pendamping atau tokoh pelengkap. Melalui pendekatan ini, Suryani menantang pola penggambaran lama yang sering memposisikan perempuan dalam peran pasif.
Suryani tetap menggunakan bahan alami dan teknik klasik dalam proses penciptaan karyanya. Ia mencampur pigmen dari tanah, daun, dan batu untuk menghasilkan warna. Namun, ia menggabungkan teknik tersebut dengan pesan-pesan kontemporer tentang emansipasi, pendidikan, dan kesetaraan gender. Ia menyisipkan teks pendek dalam bahasa Bali dan Indonesia yang menyuarakan kritik sosial. Gabungan antara tradisi dan pemikiran modern menciptakan karya yang kuat secara visual dan makna.
Melalui pameran lokal dan internasional, Suryani mengajak masyarakat untuk berdialog tentang posisi perempuan dalam budaya Bali. Ia mengadakan lokakarya di desa-desa untuk melatih perempuan muda melukis dan menyampaikan pandangan mereka sendiri. Ia juga menggandeng komunitas perempuan dan organisasi seni untuk memperluas jangkauan gerakannya. Dengan langkah ini, Suryani mendorong lahirnya generasi seniman perempuan yang berani bersuara.
Kehadiran Suryani di panggung seni tidak hanya memperkaya khazanah seni rupa Bali, tetapi juga menginspirasi seniman muda di seluruh Indonesia. Ia membuktikan bahwa tradisi tidak harus membatasi kreativitas. Ia membangun jembatan antara warisan budaya dan semangat perubahan. Karyanya menjadi bukti bahwa seni mampu menjadi alat perjuangan yang kuat dan relevan sepanjang zaman.
CERITAWARNA.COM - Kompetisi seni lukis tahunan 15th UOB Painting of the Year (Indonesia) yang digelar…
ceritawarna.com - Dunia slot online Indonesia di tahun 2025 benar-benar sedang di puncak popularitasnya. Setiap…
Seni selalu menjadi cerminan situs judi bola zaman. Dari goresan kuas di atas kanvas hingga…
ceritawarna.com - Kamu mungkin mengira warna hitam hanya bisa didapatkan dari cat hitam yang sudah…
Ceritawarna.com – Dunia seni rupa kembali berdenyut di Yogyakarta! Kali ini, seniman lintas media, Win Dwi…
ceritawarna.com - Pemerintah Hong Kong bekerja sama dengan para seniman lokal menyelenggarakan pameran unik yang…