CERITAWARNA.COM – Di tengah pesona alam dan budaya Bali yang mendunia, hadir sebuah pameran seni yang unik dan sarat makna: Pameran Seni Instalasi dari Rongsokan Baja. Berlokasi di galeri terbuka kawasan Ubud, pameran ini memadukan seni, ekologi, dan kritik sosial dalam satu ruang pengalaman yang memukau.
Para seniman yang terlibat bukan sekadar pencipta. Mereka juga menjadi narator yang menyampaikan kisah tentang limbah industri, konsumerisme, dan harapan akan masa depan yang berkelanjutan.
Karya-karya dalam pameran ini mengangkat tema tentang dualitas: antara kehancuran dan penciptaan kembali. Salah satu instalasi utama berjudul Tulang-Tulang Masa Depan. Karya ini menggambarkan seekor burung raksasa yang tersusun dari rangka mobil bekas dan lembaran baja. Burung tersebut tampak terbang bebas, namun rapuh. Ia menyampaikan pesan bahwa kemajuan industri dapat menghancurkan alam jika tak terkendali. Namun di sisi lain, manusia tetap mampu menciptakan keindahan dari kehancuran.
Pameran ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni. Ia juga berfungsi sebagai ruang edukasi dan kolaborasi. Setiap karya dilengkapi dengan panel interaktif yang menjelaskan asal-usul material dan proses kreatif pembuatannya.
Workshop turut digelar setiap akhir pekan. Anak-anak sekolah, mahasiswa seni, hingga masyarakat umum diajak belajar tentang daur ulang secara kreatif.
Tidak hanya seniman lokal yang berpartisipasi. Beberapa instalasi merupakan hasil kolaborasi dengan seniman internasional yang tertarik pada pendekatan artistik berbasis keberlanjutan. Mereka membawa perspektif global ke dalam konteks lokal Bali yang kaya akan nilai spiritual dan ekologis.
Dengan pendekatan unik dan visual yang kuat, pameran ini menjadi media efektif untuk menyuarakan isu lingkungan. Alih-alih menyampaikan pesan secara frontal atau penuh kemarahan, para seniman mengajak pengunjung merenung lewat keindahan karya.
“Kami ingin orang pulang dari sini dengan perasaan terinspirasi, bukan merasa bersalah,” ujar salah satu kurator pameran.”
Pameran Seni Instalasi dari Rongsokan Baja di Bali membuktikan bahwa seni bisa menjadi jembatan antara kesadaran, kreativitas, dan aksi nyata. Pameran ini mengajak kita melihat limbah bukan sebagai akhir, melainkan awal dari kemungkinan baru. Di tangan para seniman, baja rongsokan bukan lagi simbol kehancuran, melainkan transformasi dan harapan.
ceritawarna.com - Kamu mungkin mengira warna hitam hanya bisa didapatkan dari cat hitam yang sudah…
Ceritawarna.com – Dunia seni rupa kembali berdenyut di Yogyakarta! Kali ini, seniman lintas media, Win Dwi…
ceritawarna.com - Pemerintah Hong Kong bekerja sama dengan para seniman lokal menyelenggarakan pameran unik yang…
ceritawarna.com - Apa Itu Festival Songkran di Thailand? Ini 10 Faktanya Setiap pertengahan April, Thailand…
CeritaWarna.com – Kalau ngomongin seni kontemporer, kita nggak bisa lepas dari pergeseran besar dalam dunia…
CERITAWARNA.COM - Pernah nggak sih kamu melihat puisi yang bentuknya bukan sekadar bait-bait kata di…