ceritawarna.com – Banyak orang memandang lukisan abstrak hanya sebagai coretan tanpa makna. Mereka sering bertanya, “Apa yang sebenarnya ingin disampaikan pelukisnya?” Padahal, di balik goresan tak beraturan itu, tersembunyi ledakan emosi, pengalaman pribadi, dan pesan simbolis yang tak selalu bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Seniman abstrak tidak menggambarkan objek nyata. Mereka memilih mengekspresikan perasaan dan gagasan melalui warna, bentuk, garis, dan tekstur. Saat seorang pelukis menyeret kuas dengan gerakan spontan, ia sedang menumpahkan amarah, kesedihan, atau kegembiraan ke atas kanvas. Setiap garis yang ia tarik bukan sembarangan—ia mewakili sesuatu yang terasa, bukan terlihat.
Contohnya, pelukis seperti Jackson Pollock memercikkan cat ke kanvas dalam gerakan yang tampak kacau, tetapi justru itu yang menunjukkan intensitas emosinya. Ia tidak ingin kamu “melihat gambar”—ia ingin kamu merasakan energinya. Sementara itu, Mark Rothko menggunakan bidang warna besar untuk membangkitkan perasaan sunyi, damai, atau bahkan gelisah. Ia membuat penonton berdiri di depan lukisan dan larut dalam suasana batin yang dalam.
Lukisan abstrak menantang kita untuk berhenti mencari arti yang pasti. Sebaliknya, ia mengajak kita merasakan dengan jujur. Apa yang kamu lihat bisa berbeda dari orang lain, dan di situlah keindahannya. Kamu menjadi bagian dari proses seni itu sendiri.
Jadi, saat kamu menatap lukisan abstrak, jangan buru-buru menilai. Biarkan dirimu terhubung dengan emosi yang tertinggal di sana. Karena seni abstrak tidak hanya bicara tentang bentuk, tapi juga tentang rasa yang jujur dan tak terbatas.